Langsung ke konten utama
loading

Inilah Alasan Sesungguhnya Dibalik Pemecatan Panglima Khalid bin Walid oleh Khalifah Umar bin Khatab

 

Jenderal Khalid bin Walid adalah panglima perang hebat, :-bd ini mau tidak mau harus diakui oleh siapapun, karena catatan sejarah menuliskannya. Jika hanya klaim sepihak kaum muslimin, maka mungkin perlu diragukan sebagai pencitraan belaka, namun ini juga tercatat di sejarah bangsa / negara lawan-lawan Khalid bin Walid yang telah dikalahkan, jadi memang adalah kenyataan. Walaupun ada pihak-pihak mungkin ingin menggembosi kenyataan dari kehebatan beliau, fakta tidak bisa ditutupi. Waktu kecil saya sudah sangat kagum saat membaca kisah dari "Pedang Allah yang Terhunus" ini di buku kisah-kisah teladan.

Panglima Khalid bin Walid Walaupun beliau, maksudnya adalah Panglima Khalid bin Walid adalah jenderal perang yang hebat, tapi kenyataannya memang dipecat oleh Khalifah Umar, dan dalam kisah ini juga oleh para pembenci Islam dibumbui dan dijadikan sesuatu untuk menjelek-jelekkan Khalifah Umar, dengan memfitnahnya sebagai rasa iri hati Umar terhadap kepopuleran Khalid bin Walid.

Sepintas lalu jika parameter ukuran yang kita pakai seperti politik jaman now, maka memang masuk akal tuduhan ini, namun benarkah khalifah Umar memecat sang jenderal karena iri hati dan niat buruk lainnya? Mari kita simak kisahnya saja, agar diketahui apa sebenarnya alasan dibalik pemecatan ini.

Khalid bin Walid sudah berjuang sejak Rasulullah masih hidup, sampai masa pemerintahan khalifah Umar beliau masih menjabat sebagai panglima besar kaum muslimin. Beliau adalah panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang, baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraisy, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Khalid bin Walid

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, "Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus." Ya!... beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Dalam sebuah peperangan beliau pernah mengalahkan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Hebatnya, pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit. Itulah Khalid bin Walid, beliau bahkan tidak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak berkali-kali lipat.

Beliau memang sangat sempurna di bidang militer, ahli siasat, terampil memainkan segala jenis senjata, piawai dalam berkuda, dan kharismatik di tengah prajuritnya. Beliau juga tidak sombong dan lapang dada walaupun berada dalam puncak popularitas.

Namun suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Khalifah Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid dipecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"

Panglima Khalid bin Walid Menerima kabar tersebut tentu saja beliau gusar hingga tidak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah kulakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.

Sesampainya didepan Khalifah beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?!"

"Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!" Jawab Khalifah.

"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"

"Kamu tidak punya kesalahan."

"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"

"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."

"Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, "Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tidak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkanmu. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong. Seberat debu rasa sombong di dalam hati, maka neraka jahannamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kamu saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, didepan Umar saja kau tidak bisa berbuat apa-apa!"

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis beliau berbisik, "Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!" :((

Bayangkan... mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tidak berbuat kesalahan apapun. Adakah pejabat saat ini yang mampu berlaku mulia seperti itu? Yang banyak terjadi justru melakukan perlawanan, mempertahankan jabatan mati-matian, mencari dukungan, mencari teman, mencari pembenaran, atau mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.

Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi, 'kegagalan' atau keterhambatan dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, sistem disalahkan, orang lain disalahkan, ~x( semua digugat... bahkan hingga yang paling ekstrim... Tuhan pun :-o digugat...

Hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, "Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat?"

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah."

Sampai sini saja kisah ini berakhir, kita hanya perlu memetik pelajaran dari kisah ini, bahwa ternyata niat Khalifah Umar adalah menyelamatkan Khalid bin Walid, sebab bagaimanapun pemujaan akan berpotensi menyesatkan manusia. Coba saja lihat bagaimana dari dulu banyak pemimpin yang awalnya dielu-elukan di akhir masanya dicaci-maki, sepertinya Khalifah Umar memprediksi kemungkinan ini, bukankah manusia menua?

Kalau sudah tua, sehebat apapun Khalid bin Walid tetap saja kemampuannya akan menurun banyak, dan ini bisa menjadi faktor kekalahan yang dikhawatirkan akan berbuntut cacian, biarlah Khalid dikenang sebagai panglima yang tidak pernah kalah, sebelum kalah hanya karena semakin menua.

Seandainya para pemimpin tidak rakus untuk selalu berkuasa, maka tidak akan ada hujatan di akhir masa hidupnya.

Jika kamu pernah membaca kisah ini sabelumnya, judulnya sangat bervariasi, namun memang pantas kalau dikatakan bahwa kisah ini menggambarkan Panglima Perang yang Dipecat Karena Tidak Pernah Berbuat Kesalahan, =d> dan diatas itulah alasan indah sesungguhnya.

Gambar-gambar adalah ilustrasi, diambil dari Google Image.

star
Bagikan

Author

AdminSaya adalah blogger kampung Pondok Jeruk. Jika dalam beberapa posting saya ada yang tidak berkenan, mohon dimaklumi saya wong ndeso. :)

Post “Inilah Alasan Sesungguhnya Dibalik Pemecatan Panglima Khalid bin Walid oleh Khalifah Umar bin Khatab” ini saya unggah dari Wringin Agung, Jombang Sub-District, Jember Regency, East Java, Indonesia. 
Published:Senin, 13 November 2017
Last Modified:2020-12-15T02:13:01Z

Recent Posts

    Komentar 1  Recent Comments